kucing kami

seorang rekan kerja saya pagi-pagi menghampiri kulbikel saya sambil berkaca-kaca. dia bercerita bahwa dia baru saja melihat kucing tertabrak mobil di jalan raya depan kantor kami dan masih mengelepar-gelepar sekarat, namun katanya tak ada yang menolongnya, tangisnya pecah setelah selesai bercerita. Maklum saja, rekan saya tersebut memang pencinta berat binatang lucu berbulu ini.

Sedih juga sih denger cerita temen saya tadi dan spontan saya jadi teringat kucing peliharaan saya dirumah, namanya inul karena dia berjenis kelamin betina..(pasti ga ngejawab rasa penasaran, kenapa musti inul), well...dari dulu keluarga kami selalu punya kucing yg sebenernya not officially jadi pet kami, tapi kucing tersebut selalu wara-wiri dirumah kami dan kami kasih nama. dari mulai kucing berbulu item yang orang biasa bilang kucing garong (ga tau kenapa) sampe, yang sebelum si inul ini ada kucing jantan yang jadi peliharaan kami namanya mia (ini juga anehkan, kok namanya kebetina-betinaan). Keluarga saya sih emang tidak meniatkan diri buat pelihara kucing sampe dadak beli ato bela-belain beli. biasanya kami cuma "mengadopsi" kucing-kucing kampung liar yang hampir mati untuk diurus.

balik kesoal inul tadi. si inul "diadopsi" sama kakak cowo saya dari tempat sampah. Waktu itu paling umurnya baru 1 bulan. kecil, kerempeng, hampir mati. Merasa ga tega, dibawalah si inul kerumah dan dirawat.
Selang seminggu setelah inul sehat, kakak saya lagi-lagi membawa pulang sesuatu. Tapi kali ini bukan kucing yang hampir mati lagi, tapi VCD Inul (siratu ngebor itu) yang manggung di kampung2, sebelum dia terkenal. Pertama sih syok banget liat gayanya inul tersebut, sampe2 kami abadiin jadi nama kucing kami..hehehe...

Image hosting by Photobucket
(ini si Inul kucing kami. btw..bukan si inul loh yang se gede gitar, tapi gitar yang se gede inul..huehuehue...)

Sejak itu kami officially, manggil kucing itu dengan inul....(nul, inul,inul,inul...dan inulpun bergoyang..eh, berlari menghampiri).

No comments: