Pembajak Gila!

Ga pernah bosen deh ngebahas hal ini, secara mereka-mereka (orang-yang-terus-ngejiplak-ide-ide-orang-lain-itu) juga ga pernah bosen memproduksi karya-karya bajakan.

Pernah saya baca disebuah forum lokal (www.indosiar.com) mengenai perdebatan “haruskah kita malu menjadi bangsa yang di notice sebagai bangsa penjiplak” gara-gara ada yang membuat postingan diforum internasional (www.soompi.com) tentang “rajinnya” orang Indonesia membajak drama-drama asia, khususnya yang lagi booming sekarang yaitu drama-drama dari korea.

Kalo mau dibikin list drama-drama apa saja yang mereka telah bajak, pasti bakalan ga nyangka listnya akan sepanjang itu. Belum lagi list original sound track yang udah semena-mena mereka "tancapkan" dalam sinetron-sinetron mereka. Herannya udah banyak banget surat pembaca dari berbagai media khususnya tabloid-tabloid yang sering mengulas drama-drama asia, bahkan diforum-forum penggemar drama asia baik lokal maupun internasional diangkat dan diperdebatkan (lebih tepatnya dicaci maki) tapi menjamurnya drama bajakan masih terus saja mengalir sepertinya mereka memang sudah ditamengi oleh muka tembok serta putusnya urat malu, atau memang mental mereka saja yang diset seperti itu(?).

Saya sendiri jadi heran, sejauh mana sih suatu hasil karya boleh ditiru? Ada engga batasan-batasan untuk sebuah film/drama untuk dapat di remake lagi dengan kemasan yang sama persis hanya mengadaptasi setting cerita dan budaya setempat dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama.

Kalo dalam sebuah merek, sejauh yang saya tahu, kemiripan pelafalan saja bisa dikategorikan pemalsuan atau istilahnya punya itikad tidak baik terhadap merek resmi, apalagi jika produknya sejenis, bisa kena teguran lalu somasi oleh kuasa hukum dari merek yang bersangkutan.

Kemudian kalo untuk lagu, melly goeslaw bilang sih, kita belum dapat dikategorikan membajak suatu lagu jika kurang dari 8 bar.

Tapi untuk sebuah film atau drama, mengambil ide ceritanya aja, kadang-kadang penonton udah ngeh’ dan bakalan protes, apalagi kalo menjiplak telak sampai ke seluruh sisi sebuah drama, ya kostum, setting, pemain, OST, scene, dialog, dan mereka berani untuk tidak mencantumkan dari mana mereka ambil ide orisinilnya dengan harapan masyarakat ga bakalan ngeh’ dan jadi apresiatip sama “hasil karya” brilian mereka.

Well, the truth is..penonton itu bukan orang bodoh yang miskin informasi hingga dengan gampangnya di bodohi sama hal-hal seperti itu, dan yang ada para penonton bakalan kecewa berat dan antipati sama sinetron-sinetron sejenis karena penonton udah tahu yang aslinya kek gimana.

Saya rasa para sinetron bajakan maker ini juga ga bego-bego amat untuk tidak me-notice sekelilingnya, tapi mungkin hal ini bisa dijadikan keuntungan buat mereka, seperti 2 mata pisau yang bersebelahan:

Sisi yang satunya :

- Masyarakat jadi antipati sama sinetron bikinan mereka

- Sinetron2 ini jadi pergunjingan sengit diberbagai media khususnya media internet

Sisi yang lain:

- gara-gara sinetron2 ini diperdebatkan, banyak juga dari masyarakat yang penasaran dan akhirnya malah menonton sinetron2 ini

- imbasnya, sinetron2 ini ratingnya naik dan “sinetron bajakan maker” jadi ketagihan pengen bikin lagi, karena mereka bisa mengeruk keuntungan yang berlipat-lipat tanpa nyiptain sebuah karya orisinil

- Makanya mereka suka nyantumin 4 digit nomor yang dengan mudah bisa di SMS, (tarifnya pun tarif premium lagi) yang kata mereka buat saran dan kritik, sebenernya itu akal-akalan mereka aja supaya mereka tau sebanyak apa sih sinetron bajakan mereka itu menyedot perhatian publik aka ditonton, baik oleh orang yang ga tau, atopun yang tau, kesel terus kirim sms makian (well, kirim sms makian = misi mereka berhasil, jadi jangan pernah berbuat ini!!)

Jadi,

penting atau ga penting,

urus ora urus,

Sejauh itu sudah mengotori nama baik suatu negara dimata dunia, apalagi negara sendiri, kita patut setidaknya mengkerutkan kening barang sejenak dan prihatin akan mental para pembajak ini yang sayangnya satu negara sama kita.

*keluh si Tatz*

1 comment:

aLps said...

emberrrr tatz...

suka heran g, begitu ada 1 karya kita dibajak kayaknya kejahatan sepanjang masa banget..

masih inget sinetron-sinetron jaman dulu mirip-mirip banget sama film-film India versi panjang atau 11-12 sama sinetron India..

masih inget juga lagu AADC yang mirip banget sama sebuah lagu klasik?? Melly Goeslow bilang selama proses bikin lagunya dia sama sekali gk tahu lagu klasik itu. eh masih inget kasus Peterpan?? rame bener yak di kita, gimana kalau si orang India itu punya jawaban yang sama dengan Melli?? hayooo...

iihh..males banget deh..suka gk ngaca yang g heran..kenapa gk ada infotaiment yang ngangkat miripnya sinetron dengan film-film itu tatz..

aahh..jadi emosi..mendingan nonton Princess Hours dulu aahh..sebelum dibajak sama sinetron (eh apa dah dibajak..kata adek g sih dah ada yang mirip di sinetron)