Pake baswei ajahh..



Sejak dioperasikanya TransJakarta koridor I sekitar tahun 2004 saya udah terlibat didalamnya. Bukan sebagai perencana pembuat TransJakarta, apalagi kontraktor pembuat lajur koridor, tapi sebagai pengguna [oohh..penumpang toh, penumpang aja sombong, hihihihi].
Kadang-kadang saya juga suka mendengar orang memelesetkan kata busway menjadi bus wae, artinya dalam bahasa sunda kurang lebih bus saja, tapi ada benarnya sih, mengingat pengguna busway memang dikhususkan hanya untuk bus-bus TransJakarta [kalo nanti pada praktiknya ada kendaraan umum lain atau kendaraan pribadi yang se-enak pusernya menggunakan lajur khusus ini boleh kok dilempar pake kulkas..~evilmode~]
TransJakarta ataw biasa orang-orang bilang dengan baswei [eh, naek apa pulangnya? naek baswei lah~mungkin maksudnya naik kendaraan yang melaju di basweii kali..hehe] sekarang sudah berkembang menjadi 7 koridor.


(pic taken from www.idtp.org)


Kebetulan kantor saya yang sekarang juga dilalui oleh TransJakarta koridor VI, sehingga dengan senang hati saya turut merasakan kebahagian menikmati TransJakarta sementara dari kaca jendela bus dengan ponggah saya dapat melihat kendaraan pribadi dan kendaraan umum lainnya saling merayap pelan [kapan lagi saya dapat melaju deras dengan kendaraan umum sementara mobil-mobil mewah perpenumpang paling banyak dua orang itu terkena macet]


Saya sempat mendengar obrolan dari dua orang bapak-bapak yang intinya mereka memarkirkan mobil pribadinya disuatu tempat, dan memilih TransJakarta untuk menghindari macet. Sounds bijak ya, dan seandainya lebih banyak orang [yang hanya menggunakan kendaraan pribadinya untuk mengantar mereka menuju kantor dan kemudian seharian mobil itu diparkir digedung kantornya] memutuskan untuk menggunakan cara ini, mungkin makin sedikit kendaraan dijalan raya, makin berkurang kemacetan dan makin sediki polusi udara. Walau kendengaraanya terlalu naif dan terkesan nyinyir atau sirik, tapi orang-orang tersebut pasti punya seribu satu alasan untuk membela kepentingannya menggunakan kendaraan pribadi sampai kantornya. Sayang sekali jika fasilitas umum yang sudah lebih baik ini tidak digunakan.

Wah tadinya saya cuma mo' nulis betapa saya sangat menikmati fasilitas TransJakarta ini, karena terbebas dari macet, panas, dan hal-hal lain [walau mungkin belum sesempurna itu kalo kita naik pas rush hours alias jam pergi dan pulang kantor, tapi karena saya biasa naik pas happy hours alias kalo pagi saya naik yang jam 8.30-an dan pulang mungkin jam 7-an lewat makanya saya jarang desek-desekan] tapi malah ngomong meleber kemana-mana.

well, the point is, TransJakarta kasih kemudahan lebih banyak bagi penumpang umum, dan kita berdoa aja agar lebih banyak koridor yang dibuka dan monorail jadi!...horeee, dan perasaan tua dijalan [gara-gara kena macet dan jarak yang memang jauh] buat penduduk suburban bakalan sirna.
ciao!


2 comments:

indah said...

waaaaaaaaaaaa,
iya emang enak naek transjakarta,
tapi eh tapinya donk pun, yang koridor berapa gitu [dari dukuh atas ke pulo gadung], nunggunya setahun sekali pun deh...
heheeh, tapi emang sih praktis sekali gitu donk ;P

Tatz Sutrisno said...

oh..dukuh atas 2 yah..yang jalan dari dukuh atas 1-nya jauh sekali pisan ituh?? mungkin masih kurang armada tuh..di Kampung mlayu juga katanya masih..tapi lumayan lah pake pindah-pindah koridor gak usah bayal lagi..hehehe [nyengir gratisan]